Thursday, March 22, 2007

Menyerah

Hari ini, Senin, 20 November 2006, saya tidak masuk kantor. Bukan, bukan karena saya ikut menyambut kedatangan Mr. President George Walker Bush yang membuat kota Bogor mati seharian. Bukan juga karena saya penasaran ingin melihat agen CIA atau SWAT yang di film-film selalu digambarkan sebagai pria-pria yang keren-keren. Tapi karena maag saya – yang sudah lama tidak ‘berkunjung’ – akhirnya kembali menyapa lambung saya.

Dimulai dengan perjalanan kemarin ke 29th Jazz Goes to Campus (JGTC), UI, Depok, yang harus saya datangi untuk keperluan pekerjaan, saya sudah merasa tidak sehat. Kemacetan di mana-mana karena beberapa jalur sudah dialihkan menyambut kedatangan USA 1 (agak maksa menyamakannya dengan RI 1 :p) itu. Demo-demo yang tidak lebih penting dari demo masak juga menambah kemacetan di Bogor. Belum lagi adanya gosip bahwa KRL yang akan saya naiki tidak akan ada di Stasiun Bogor tapi hanya sampai Stasiun Cilebut yang nun jauh di sana – tidak bisa saya konfirmasi kebenarannya karena nomor telepon stasiun yang saya hubungi tidak pernah menjawab (seperti biasa, seperti selama enam tahun terakhir saya menggunakan jasa KRL).

Akhirnya saya menyerah. Saya mencoba menghubungi seorang rekan kerja untuk meminta bantuannya menggantikan saya ke JGTC. Beruntunglah saya, ada yang bisa menggantikan saya.
Setelah berjuang kembali ke rumah, saya mendapati mama saya tersayang hendak pergi ke sebuah acara. Saya tanya ke mana, ia menjawab ke Bekasi. Saya tanya dengan siapa dan naik apa, ia bilang sendiri dan naik kendaraan umum. Mama tahu bagaimana ke sana? tanya saya. Tidak, jawabnya. Tanya saja nanti.

Aduh. Mana mungkin saya tega membiarkan mama saya pergi sendiri? Jadilah saya menemaninya ke Bekasi.

Fisik yang lelah, suasana hati yang tidak stabil (taela), perut kosong, makanan yang tidak higienis, dan matahari yang menyengat, akhirnya mengalahkan saya. Dimulai dengan migraine hebat ketika sampai rumah, dilanjutkan dengan bolak-balik ke toilet yang membuat saya kehilangan banyak cairan tubuh, akhirnya pada dini hari setelah tidur yang tidak tenang, saya – maaf – threw up. Tidak tanggung-tanggung, dua kali dalam semalam.

Akhirnya badan saya menyerah juga. Setelah sebelumnya berulang kali terkena flu, demam, atau radang tenggorokan yang sempat menghilangkan suara saya, saya rasa ini saatnya saya harus benar-benar beristirahat.

Selama ini saya merasa saya cukup kuat menghadapi semuanya. Saya punya keluarga yang menyayangi saya, teman-teman yang memperhatikan saya, dan pekerjaan yang saya sukai untuk menyibukkan diri. Tapi ternyata saya tidak merasa begitu semalam. Dengan tubuh letih, lesu, lemah, lunglai, saya rasa akan menyenangkan bila saya punya teman istimewa untuk berbagi.

I was tired, mentally and physically. Mungkin karena itu saya jadi melantur. Bila saya merasa fit dan merasa I’m-in-the-top-condition, saya malah akan merasa pusing bila punya teman istimewa. Karena si dia (aduh, ’80-an sekali ya sebutannya) hanya akan menyita pikiran saya dan (mungkin) membatasi gerak saya. Sementara yang ingin saya dahulukan saat ini adalah pekerjaan untuk aktualisasi diri (gaya banget ya?).

Dulu saya juga sempat berpikir begini ketika harus pulang kuliah malam-malam. Betapa senangnya bila ada seseorang yang bisa mengantar-jemput saya. Tapi lalu saya berpikir, mungkin saya tidak butuh pacar, tapi supir pribadi :D Dan setelah menemukan solusinya, ngekost, saya lupa lagi pada masalah saya itu.

And here I am, nggak masuk kantor, letih, lesu, lemah, lunglai, sambil tertawa nonton Extravaganza, selintas memikirkan lumayan juga kalau punya pacar kayak Tora Sudiro (hah? Cuma lumayan? :D)…
11/20/06 7:35:58 PM

PS: Masih berkaitan dengan kedatangan Mr. Bush, saya penasaran bagaimana rasanya naik Air Force One. Pengen banget deh. Apalagi ditemani agen CIA atau tim SWAT yang (konon) keren-keren itu. Pasti slurp slurp yummy, hehehe…

No comments: